Menapis Kisah di Utara Pangkep

Menapis Kisah di Utara Pangkep

MD
Munjiyah Dirga Ghazali

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Terkini.id, Pangkep - Kampus Politani Pangkep, menggelar peluncuran dan bincang buku Menapis Kisah Sehaluan dari Pesisir dan Kepulauan, Pangkep, Sabtu, 11 November 2023 bertempat di halaman sekretariat Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIMAGRI).

Buku hasil penelitian berbasis warga tersebut merangkum delapan naskah dari sepuluh orang peneliti yang terlibat dalam program Penelitian dan Penulisan Meneroka Budaya Maritim di Pangkep Melalui Narasi Pelabuhan Rakyat yang mendapat dukungan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX melalui Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan Tahun 2023.

F Daus AR dari Rumah Saraung menerangkan kalau Politani merupakan kampus di Pangkep yang memiliki jurusan ilmu kelautan sehingga menemukan relevansinya dengan muatan buku, mengingat tema penelitian menyasar isu maritim.

“Politani yang terletak di ujung utara Pangkep menjadi kampus pertama dalam Road to Campus di Pangkep, selanjutnya akan menyasar kampus lain yang ada di Pangkep seperti STAI DDI dan STKIP,” ujarnya.

Menapis Kisah di Utara Pangkep
Kampus Politani Pangkep, menggelar peluncuran dan bincang buku Menapis Kisah Sehaluan dari Pesisir dan Kepulauan, Pangkep, Sabtu, 11 November 2023 bertempat di halaman sekretariat Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIMAGRI)

Hadir tiga orang peneliti yakni Muhajir MA, Siti Husnul Zakiyah, dan Sulaeman Ghibran yang memantik perbincangan selama kurang lebih dua jam. Muh Adriansyah R, Ketua BEM Politani yang memandu jalannya diskusi menyambut baik kegiatan ini.

“Mahasiswa Politani Pangkep perlu menyikapi isu-isu yang dipaparkan dalam buku ini dan bisa dijadikan referensi dan mengembangkannya lebih lanjut,” ucapnya.

Secara bergantian tiga peneliti memaparkan isu di balik kisah hasil penelitiannya. Sulaeman Ghibran mengulik bagaimana hasil perikanan yang dulu menjadi primadona di Pangkep, yaitu ikan bandeng, rupanya sudah tidak seperti dulu lagi akibat adanya hama yang menyerang bibit ikan sejak paruh 1990-an.

“Banyak ikan bandeng yang beredar pada dasarnya bukan hasil tambak dari Pangkep melainkan dari luar, tetapi mendapat cap ikan bandeng Pangkep,” bebernya.

Ulasan lain yang dipaparkan mengenai dangkalnya muara sungai dan lesuhnya aktivitas nelayan pesisir di anak-anak sungai seperti anak sungai Pangkajene dan Binanga Sangkara. Namun, menurutnya, denyut itu perlahan menggeliat kembali setelah petambak dan nelayan pesisir beralih pada budidaya sango-sango, atau jenis rumput laut yang telah menyelamatkan perekonomian warga.

Husnul sendiri yang menekankan temuan penelitiannya pada aktivitas warga yang turut menunjang ekosistem bahari di Pelabuhan Maccini Baji, menyebutkan kalau hasil laut tidak hanya menyibukkan kerja nelayan. “Jika kita menyebut pelabuhan, mungkin yang kita pikirkan hanyalah tempat berlabuhnya kapal atau perahu nelayan,” ucapnya.

“Yang saya lihat jusrtu, tukang parkir hingga pebentor juga menjadi bagian dari aktivitas yang padat di pelabuhan,” lanjutnya kemudian.

Seorang mahasiwa yang menanggapi mengenai rusaknya infrastruktur dermaga yang juga mendapatkan perhatian peneliti, mengatakan tidak ada solusi yang ditawarkan peneliti. Oleh Muahjir MA, menanggapinya kalau apa yang diupayakan peniliti dalam buku tidak menawarkan solusi melainkan menyampaikan fakta.

“Bahwa Pangkep ini bukan hanya daratan yang orientasi pembangunannya selalu fokus pada pembangunan jalan saja. Pangkep juga punya wilayah maritim sehingga perlu memperhatikan dermaga sebagai jalur pelintasan warga di pesisir dan di kepulauan,” tanggap Muhajir.