Suara-Suara Air Jadi Tema Makassar Biennale 2023 di Pangkep
Komentar

Suara-Suara Air Jadi Tema Makassar Biennale 2023 di Pangkep

Komentar

Terkini.id, Pangkep – Makassar Biennale merupakan peristiwa, forum, dialog, dan kerja-kerja kebudayaan berskala internasional yang berlangsung setiap dua tahun. Di Pangkep sendiri, pertama kali berlangsung di tahun 2021, akan tetapi tidak menggelar pameran. Barulah kali kedua di tahun 2023 ini ada pameran karya.

Menemani ‘Maritim’ sebagai tema abadi Makassar Biennale, Pangkep meresponsnya dengan isu air yang lahir melalui proses penelitian dan telah terangkum dalam buku Riwayat Gunung dan Silsilah Laut (Makassar Biennale: 2023) bersama penelitian tim kerja lima kota di tiga provinsi, yakni Makassar dan Parepare (Sulawesi Selatan), Labuan Bajo (NTT), dan Nabire (Papua Tengah).

Empat seniman yang terlibat dalam residensi di Pangkep kemudian melanjutkan pembacaan melalui serangkaian kerja lanjutan yang bertumpuh pada riset mandiri yang dilakukan sebelum melalukan proses pengariyaan.

Suara-Suara Air Jadi Tema Makassar Biennale 2023 di Pangkep
Anak SD di Kampung Belae berkunjung di kolong Rumah Informasi Balai Pelestarian Kebudayaan yang disulap menjadi galeri pameran.(Pangkep.terkini.id).

Gandhi Eka, seniman komik asal Bandung yang beresidensi di Kampung Belae, Pangkep selama sebulan telah mengunjungi 17 leang yang menyimpan lukisan cadas berusia puluhan ribu tahun. Proses riset itu menjadi pijakannya dalam melahirkan komik bertajuk Tamasya Purbakala.

Selain itu, Gandhi berkolaborasi dengan anak Sekolah Dasar (SD) di Kampung Belae dalam lokakarya mengenal kampung melalui komik. Sebanyak 80-an siswa-siswi dari SD Negeri 49 Belae dan SD Negeri 59 Rea mengalihwahanakan apa yang dijumpai saban hari di kampungnya ke dalam komik.

Baca Juga

“Karya anak-anak ini kemudian dipajang di kolong Rumah Informasi Balai Pelestarian Kebudayaan di Kampung Belae yang disulap menjadi galeri berdampingan dengan karya para seniman residensi,” tutur Hamriah, salah satu tim kerja dari Rumah Saraung.

Tiga seniman dari Pangkep sendiri, yakni Arman Pio, seorang musisi yang merespons buku Riwayat Gunung dan Silsilah Laut dengan lagu bertajuk: Keruh. Lagu itu diperkenalkan ke publik untuk kali pertama di pembukaan Makassar Biennale di Pangkep pada Minggu, (1/10) yang digelar di DiTimur Space.

Lagu Keruh telah diinstalasikan dan dapat didengarkan kembali oleh warga di galeri DiTimur Space yang dibuka selama dua pekan ke depan.

Menurut F Daus AR, kordinator tim kerja Rumah Saraung menerangkan jikal galeri ada dua. Pertama, di Rumah Informasi Balai Pelestarian Kebudaan di Kampung Belae (Rumah Informasi BPK) yang dibuka selama sepuluh hari yang dimulai pada tanggal Oktober. Kedua, DiTimur Space yang berlangsung hingga tanggal 16 Oktober.

“Memang ada dua galeri yang dipersiapkan selama pameran, tujuannya untuk memberi ruang interaksi pada pengunjung karena karya di dua galeri berbeda,” beber Daus.