Kepulauan Pangkep dalam Riwayat Gunung dan Silsilah Laut
Komentar

Kepulauan Pangkep dalam Riwayat Gunung dan Silsilah Laut

Komentar

Terkini.id, Pangkep – Buku Riwayat Gunung dan Silsilah Laut yang merangkum narasi penelitian lima kota di tiga provinsi yakni Makassar, Pangkep, dan Parepare (Sulawesi Selatan), Nabire (Papua Tengah), serta Labuan Bajo (NTT) diluncurkan di Pangkep pada Sabtu, 27 Mei 2023, kemarin.

Kegiatan yang didukung Perpustakaan Daerah Kabupaten Pangkep dan Kedai Zaidan ini menghadirkan Muhammad Syukur, Arman Pio, Ais Nurbiyah, dan Cenk yang memantik obrolan yang digelar di Taman Baca Asdar Muis RMS. Sejumlah perwakilan organisasi mahasiswa, pelajar, dan komunitas turut hadir untuk terlibat dalam diskusi.

Direktur Makassar Biennale Anwar Jimpe Rachman bersam tim juga hadir dan mengutarakan pengantar mengenai proses penelitian yang merupakan pre event Makassar Biennale 2023. Dikatakan dalam tiga tahun terakhir ini Makassar Biennale membangun jejaring ke Pangkep dan mengobrolkan untuk melihat Pangkep lebih luas.

“Selama ini jika berbicara Pangkep itu lebih pada Pangkajene dan Kepribadian, bukan Pangkajene dan Kepuluan, karena itulah penelitian tim Pangkep memberi juga narasi pada wilayah kepulauan,” katanya.

Meski kelima narasi penelitian dalam buku ini berdiri sendiri karena perbedaan tematik penelitian tiap kota, akan tetapi informasi yang disajikan mendorong pembaca untuk gelisah.

Baca Juga

“Selama ini saya belum pernah melihat kawasan CPI di Makassar, setelah baca penelitian Tim Makassar saya terdorong melihat realitas warga yang mengalami kesenjangan di sana,” ungkap Arman Pio Filmmaker Komunitas Jalan Cerita.

Konsentrasi penelitian Tim Pangkep yang menyusuri praktik pengelolaan air di tiga topografi wilayah seperti wilayah kepulauan, daratan rendah, dan pegunungan menggambarkan kesatuan persoalan yang rupanya memiliki talian permasalahan dalam mendapatkan air.

Adapun Analis Perpustakaan Daerah Pangkep Muhammad Syukur mengungkapkan kalau bentangan karst yang seyogianya menjadi galon raksasa yang menjamin ketersediaan air rupanya berbanding terbalik dengan situasi yang dialami warga. Di masa kecilnya ia juga merasakan perlunya upaya lebih keras dalam mendapatkan pasokan air di musim kemarau.

“Saya ini tinggal di Desa Kabba, salah satu desa yang berdekatan dengan kawasan karst. Namun, pasokannya airnya juga berkurang,” bebernya.