Terkini.id, Pangkep - Makassar Biennale merupakan ajang penciptaan peristiwa, forum, dialog, dan kerja-kerja kebudayaan berskala internasional yang berlangsung setiap dua tahun yang menjadikan seni rupa sebagai penggerak utamanya dan menetapkan Maritim sebagai tema abadi.
Perhelatan di tahun ini, tema abadi Maritim disandingkan dengan sub tema Sekapur Sirih, istilah generik sajian pembuka saat menjamu tamu dalam kebudayaan nusantara.
"Terdapat enam kota pelaksanaan Makassar Biennale tahun ini yang meliputi tiga provinsi di kawasan Wallacea yakni Makassar, Pangkep, Parepare, dan Bulukumba di Sulawesi Selatan. Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur dan juga Nabire di Papua,” kata Koordinator Tim Kerja Pangkep F Daus AR, Kamis, 30 September 2021.
Usai jadwal di Makassar yang berlangsung mulai 1 hingga 14 September, selanjutnya bergeser ke Kota Parepare yang dimulai pada 16 sampai 19 September. Selanjutnya dihelat sepekan di Pangkep yang dimulai pada 25 September dan selanjutnya bergeser ke kota yang lain hingga akhir Oktober.
Merekam Monolog
Dalam acara itu, Adnan Muis dijadawalkan tampil monolog pada 25 September. Namun, Adnan harus kembali ke Jakarta sehingga jadwal dipercepat.
Percepatan jadwal itu ditempuh dengan cara melakukan rekaman di studio yang nantinya diputar kembali dalam rangkaian program Makassar Biennale di Pangkep yang dipusatkan di kawasan karst Belae.
Adnan Muis, akrab disapa Nanang, seorang penggiat sosial. Ia juga bergabung sebagai relawan di komunitas sosial iAM Centre. Keseharian Nanang banyak dihabiskan sebagai ASN pada sebuah Lembaga/Kementerian di republik ini.

 
Pada 2013 terlibat dipertunjukan Perut Bicara karya Asdar Muis RMS dan tampil bersama Komunitas Sapi Berbunyi di Gedung Kesenian Societeit de Harmonie dalam acara Art’s Day Festival untuk memperingati 35 tahun Sanggar Merah Putih Makassar. Di beberapa tempat dan waktu bergabung dengan sejumlah komunitas seniman dan membuat pementasan.
Semasa kuliah di Universitas Hasanuddin bergabung di Teater Kampus UNHAS. Beberapa pagelaran seni berupa pertunjukkan teater sempat diikutinya. Akrab dengan dunia broadcasting sebagai penyiar radio baik sewaktu masih bertugas di pulau Jawa maupun di Makassar. Terakhir, pada 2014 ia masih menyempatkan menjadi penyiar di Radio Celebes Makassar.
Dalam monolog yang direkam di studio Kominfo Pangkep, Adnan membacakan dua judul esai berjudul Berkarung Uang dan Kematian yang Indah yang diambil dari buku kumpulan esai Tuhan Masih Pidato (Citra Pustaka: 2011) garapan Asdar Muis RMS yang merupakan kakak kandungnya. Dua judul esai tersebut sangat personal, dalam tarikh penulisan esai di buku berjarak tujuh hari. Berkarung Uang ditulis pada 20 Desember 2006 dan Kematian yang Indah pada 26 Desember 2006.
Esai pertama mengisahkan situasi yang dialami Asdar Muis RMS ketika antre di bank dan disaat bersamaan menerima telepon yang memyampaikan kalau ibunya kembali drop dan harus segera dibawah ke rumah sakit. Esai kedua, menceritakan kembali detik kepergian sang Ibu di rumah sakit.
Nanang, sebagaimana Asdar, selalu melihat semua tempat adalah panggung. Menjelang Magrib ia tiba di studio bercelana pendek dan memakai kaos oblong hitam. Kedua kakinya dialasi sandal jepit. Rambut di kepalnya penuh uban tetapi raut wajahnya menujukkan kalau ia masih gesit.
“Kehadiran Nanang yang seperti itu tentu saja kembali mengingatkan sosok Asdar yang selalu tampil spontan,” kata Daus.
Nirwan Ahmad Arsuka Pendiri Pustaka Bergerak Indonesia, menanggapinya sebagai komentar sosial usai ikut menyaksikan rekaman monolog esai Adnan yang diputar pada malam penutupan. Sesuai rekomendasi yang sempat dilontarkan Adnan setelah rekaman, ia mengusulkan supaya esai berjudul Berkarung Uang saja yang diputar.
 Mitra Terkini
Mitra Terkini










