Komisi Perlindungan Anak Indonesia: Selama Pandemi Angka Putus Sekolah Meningkat
Komentar

Komisi Perlindungan Anak Indonesia: Selama Pandemi Angka Putus Sekolah Meningkat

Komentar

Terkini.id, Pangkep – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengungkapkan, bahwa angka putus sekolah terjadi peningkatan selama pandemi covid-19, terlebih sejak Januari 2021 hingga saat ini.

Anggota KPAI Retno Listyarti mengatakan sedikitnya ada lima alasan yang menyebabkan anak putus sekolah, yaitu karena menikah, bekerja, menunggak Iuran SPP, kecanduan game online dan meninggal dunia.

“Pandemi Covid-19 sudah berlangsung setahun, seharusnya pemerintah daerah sudah dapat memetakan permasalahan pendidikan di wilayahnya, namun KPAI justru menemukan data-data lapangan yang menunjukan angka putus sekolah cukup tinggi, terutama menimpa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin,” kata Retno, Minggu, 7 Maret 2021, dilansir dari suara.com jaringan terkini.id

Retno merinci jumlah siswa yang putus sekolah karena menikah selama dua bulan mencapai 33 orang dari Kabupaten Seluma, Kota Bengkulu dan Kabupaten Bima, rata-rata masih duduk di kelas XII dan sebentar lagi lulus sekolah.

Mereka kebanyakan menikah tanpa sepengetahuan pihak sekolah karena masih pembelajaran jarak jauh, pernikahan mereka baru ketahuan setelah guru bimbingan konseling melakukan kunjungan ke rumah.

Baca Juga

Kemudian, sejumlah siswa SMK dan SMP terpaksa bekerja untuk membantu ekonomi keluarganya yang terdampak pandemi seperti satu siswa SMPN Cimahi yang bekerja sebagai tukang bangunan dan satu siswa di Jakarta yang bekerja di percetakan karena orang tuanya tak mampu lagi membayar karyawan.

Ketiga, banyak siswa putus sekolah karena menunggak SPP selama berbulan-bulan, sedikitnya ada 34 kasus yang 90 persennya bersasal dari sekolah swasta.

Alasan selanjutnya, banyak siswa yang kecanduan gim online bahkan ada satu siswa yang terpaksa cuti sekolah selama satu tahun untuk proses pemulihan secara psikologi.

“Kisah dari para guru di beberapa daerah juga menunjukkan fakta yang mengejutkan, bahwa anak-anak yang pagi hari tidak muncul di PJJ online ternyata masih tidur karena main game online hingga menjelang subuh,” ucapnya.

Terakhir, KPAI juga menemukan sejumlah siswa meninggal dunia seperti satu kasus di SMAN Kabupaten Bima yang terseret bencana banjir, lalu satu siswa di SMK Swasta Jakarta yang meninggal karena kecelakaan motor.

“Secara data KPAI ada dua siswa yang meninggal selama semester genap tahun ajaran 2020/2021,” tutup Retno.

Oleh sebab itu KPAI meminta pemerintah pusat dan daerah segera menindaklanjuti temuan ini dengan berbagai strategi intervensi pencegahan siswa putus sekolah di masa pandemi Covid-19.