Ini Cara Melindungi Anak dari Jejak Digital Negatif
Komentar

Ini Cara Melindungi Anak dari Jejak Digital Negatif

Komentar

Terkini.id, Pangkep – Pandemi Covid-19 yang mengharuskan anak belajar dari rumah melalui internet menjadi kekhawatiran baru bagi para orang tua. Riset Google menunjukkan, 42 persen orang tua di Indonesia merasa khawatir dengan aktivitas anaknya di internet.

Diena Haryana selaku Pendiri Yayasan Sejiwa mengatakan, kekhawatiran para orang tua ini bisa dicegah dengan memberikan edukasi terhadap anak dalam melakukan aktivitas di internet.

“Salah satunya bisa dari jejak digital. Para orang tua harus mengajarkan anak-anak mereka agar selalu berhati-hati dalam menampilkan jejak digital,” ujar Diena dalam diskusi virtual Google Indonesia, Selasa, 9 Febaruri 2021.

Menurutnya, para orang tua bisa memberikan contoh terlebih dulu agar anak-anak bisa menirunya. Misalnya, ketika mau mengunggah konten di media sosial, orang tua disarankan untuk memberikan hal-hal yang positif, dilansir dari suara.com jaringan terkini.id, Rabu, 10 Februari 2021.

“Kita harus jadi suri tauladan dulu. Kalau kita mau posting, harus yang bagus. Pilih foto yang baik, santun, kata-kata juga harus respek dengan orang lain, dan tidak menyinggung,” papar Diena.

Baca Juga

Selain itu, tambah Diena, para orang tua juga mesti memerhatikan informasi yang beredar. Apabila mereka mau menyebarkan sesuatu, alangkah baiknya dicek terlebih dulu kebenarannya. Dengan begitu, tindakan orang tua ini akan ditiru anaknya.

“Jaga citra diri kita juga supaya tidak dilihat orang sebagai pihak yang suka kirim hoaks, suka bully. Kita harus sebagai orang yang bermanfaat, menyenangkan, dan santun,” ujarnya.

Senada dengan Diena, Aldrich Christopher selaku Trust and Safety untuk Google Asia Pacific mengatakan, para orang tua ini juga mesti menjaga perilaku di media sosial. Mereka diharuskan untuk berhati-hati dalam membagikan apapun, seperti foto atau video yang dinilai sensitif.

“Jangan posting aneh-aneh di media sosial, karena itu sifatnya publik. Orang bisa mengakses informasi itu. Walaupun kita menghapus unggahan, tapi kalau teman bisa melihat, tidak kemungkinan itu akan di-screenshot dan dibagikan kembali di sana,” ujar Aldrich.

Ketua Umum Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) atau Siberkreasi Indonesia, Hermann Josis Mokalu juga menyarankan agar para orang tua tak luput dalam menjaga komentar di media sosial.

Pria yang akrab disapa Yosi Mokalu ini menerangkan, selama ini masih banyak masyarakat yang tidak sadar dengan komentar yang dilontarkan di media sosial.

“Banyak yang tidak sadar dengan komentar yang telah diunggah di media sosial. Kalau komentarnya positif ya tidak masalah. Cyber Bullying atau intimidasi dunia maya bisa terjadi karena mereka tidak memahami komentar yang dibuatnya bikin orang tersinggung atau tidak,” papar Yosi.

Menurutnya, Indonesia memang menganut sistem demokrasi, di mana warga diberikan kebebasan berpendapat. Namun bukan berarti hak tersebut menjadi salah kaprah dan menimbulkan komentar berlebihan.

Ia menyarankan, apabila seseorang mau mengunggah komentar, maka mereka mesti berkaca pada diri sendiri terlebih dulu.

“Jika kita enggak suka dengan candaan itu, maka jangan diterapkan ke orang lain. Tolak ukurnya kan dari diri sendiri, baru ke keluarga, kemudian ke masyarakat,” tegasnya.